MANOKWARI, JAGATPAPUA.com – Mengamati serta mencermati kondisi yang ada akhir-akhir ini terjadi, di Papua dan Papua Barat, lebih khusus di Kabupaten Manokwari, sejumlah kalangan angkat bicara.
Kepala Suku Besar Arfak, turunan Lodwicyk Mandacan, Drs. Dominggus Mandacan mengatakan masyarakat di Manokwari merupakan satu tali ikatan keluarga sehingga keamanan di tengah – tengah masyarakat harus tetap dijaga.
Selain itu, Dominggus juga meminta agar masyarakat dari suku nusantara dan suku Papua lainnya, dapat menghargai Suku Besar Arfak, selaku pemilik wilayah adat Kota Manokwari, dengan tidak melakukan demo anarkis, yang merusak dan membakar fasilitas pemerintah.
“Peristiwa 19 Agustus lalu, tidak ada masyarakat Arfak yang terlibat pengrusakan, penjarahan, pencurian dan pembakaran fasilitas pemerintahan. Jadi tolong hargai kami, karena kami sudah terima kalian tinggal di Manokwari,” ungkap Dominggus pada acara tatap muka masyarakat Adat Suku Besar Arfak, di Aston Niu, Minggu (1/9/2019).
Dominggus sedikit mengulas sejarah masuknya Injil dan kebaikan para pendahulu Suku Besar Arfak, Lodwicyk Mandacan, Barendz dan Irogi Meidodga. Karena dengan keterbukaan dan berjiwa besar, mereka telah menerima semua suku tinggal dan menetap di Manokwari. Sehingga rasa saudara yang sudah dibangun itu harus dilanjutkan.
“Kita sebagai pemilik rumah, harus menjamin keamanan, ketertiban, kedamaian. Kita orang Arfak harus tahu jati diri kita. Para pendahulu kita tidak sekolah, mereka hanya sekolah rakyat tetapi mereka luar biasa, bisa terbuka menghargai dan mempersilahkan semua suku tinggal di Manokwari. Sikap ini harus kita jaga dan lanjutkan,” ucap Dominggus.
Dominggus mengakui masyarakat suku lain di Papua termasuk Nusantara sudah banyak berbagi pemahaman dan pendidikannya, namun kebaikan suku Arfak harus dijaga, baik
keamanan, kedamaian dan kebersamaan.
“Julukan Manokwari sebagai kota Injil artinya semua yang tinggal di kota ini harus menjaga kedamaian dan tidak merusak, semua yang tinggal diatas tanah ini harus tahu aturan,” sebut Dominggus.
“Kalau ada yang mau aksi atau rencana yang berujung kurang baik tugas masyarakat Arfak, menegur dan mengingatkan. orang Arfak baik hati, kita dekati dan kita sampaikan jangan dilakukan, kita harus membangun negeri ini, aman dan damai,” tegas Dominggus.
Sementara Kepala Suku Besar Arfak turunan Barendz Mandacan, Drs. Nataniel Mandacan mengatakan, rumah adalah tempat tinggal, tempat kita menerima siapapun yang bertamu, sehingga harus dijaga. Namun jika rumah ini tidak dihargai oleh para suku lainnya, maka harus diberikan peringatan.
“Peringatan pertama, kedua, ketiga, jika tidak diindahkan, maka kita orang Arfak akan ambil sikap tegas. Sebagai anak adat saya harap suku lain harus hargai kita,” ujar Nataniel.
Nataniel berharap kepada setiap kepala suku agar membina dan memberikan arahan positif kepada sukunya masing-masing untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan dan merusak.
Kepala Suku Besar Arfak turunan Irogi Meidodga, Keliopas Meidodga, menambahkan para pendahulu selalu hidup damai. Jika ada masalah mereka turun dan selesaikan, kumpul semua masyarakat adat suku Arfak dan dibicarakan.
“Ini yang harus dicontohi oleh suku Arfak tetapi juga suku lainnya yang ada di Manokwari,” tutup Meidodga.
Hadir dalam tatap muka tersebut, Bupati dan Wakil Bupati Manokwari Selatan, Bupati dan Wakil Bupati Pegunungan Arfak, Bupati Teluk Bintuni, Ketua Makesah Arfak Obeth Arik Ayok, Ketua Intelektual Arfak Lasarus Indow, dan ribuan Masyarakat Adat suku Arfak.(me)